Museum Istana Kepresidenan Tinggal Kenangan
Museum Istana Kepresidenan di Jakarta, tampaknya hanya akan tinggal kenangan. Pasalnya, pada November 2007 ini, museum yang bertempat di lantai satu gedung eks penguasa Orde Baru berkantor, yang dikenal dengan nama Bina Graha, bakal digusur Rumah Tangga (Rumga) Kepresidenan.
Lokasi bekas museum yang pernah dirintis oleh mantan Presiden Soeharto pada tahun 1972 itu, harus dikosongkan segera. Ini berarti sekitar 1.600 benda-benda seni koleksi Istana Kepresidenan Jakarta itu, harus dipindahkan. Padahal, di ruang museum itu terdapat ribuan benda-benda seni dan bersejarah yang terdiri darfi lukisan dari maestro pelukis Indonesia mulai dari Raden Saleh sampai Water Spies, keramik dan porselen, kendi hingga patung-patung seni.
Menurut seorang petugas Rumah Tangga Kepresidenan yang ditemui Kompas, akhir pekan ini di Istana Kepresidenan Jakarta, sebagian besar benda-benda seni itu akan dipindah dan dipasang di Museum Istana Yogyakarta (Gedung Agung) dan sejumlah Istana Kepresidenan lainnya seperti di Istana Bogor, Istana Cipanas dan Istana Tampaksiring, Bali.
"Museum Istana Kepresidenan Jakarta hanya akan tinggal kenangan. saja. Karena ruangan ini akan dikosongkan untuk diisi oleh staf Kepresidenan. Tetapi, saya tidak tahu persis untuk apa pengadaan ruangan tersebut. Yang pernah saya dengar, ruangan ini untuk ruang pengendali pemerintahan atau control room menjelang 2009, "ujar petugas yang sudah bekerja lebih dari lima tahun di Rumga Keperesidenan.
Menurut petugas tersebut, dirinya menyayangkan pemindahan ruang museum tersebut. Selain sisi pengamanan dan kelembaban udara yang dinilai cocok untuk koleksi penyimpanan benda-benda seni yang tak ternilai harganya, juga kecocokan Istana Kepresidenan dengan kelengkapan museum yang seharusnya tersedia dalam komplkes Istana Kepresidenan.
Secara terpisah, Kepala Rumga Kepresidenan Achmad Rusdi yang diminta konfirmasi perihal pemindahan ruang museum Istana Kepresidenan Jakarta ke Istana Yogyakarta dan Istana Kepresidenan lainnya, membenarkan. "Kami akan menata ruangan tersebut. Untuk itu, museum Istana Kepresidenan Jakarta, harus dibersihkan dan dikosongkan," ujar Rusdi.
Ditanya untuk apa selanjutnya ruangan bekas museum tersebut, Rusdi hanya mengatakan bahwa ruangan itu masih akan ditata kembali. Ia membantah kalau ruangan itu akan digunakan sebagai ruangan bagi staf Kepresidenan untuk mengendalikan pemerintahan menjelang pemilu 2009. "Karena untuk staf Kepresidenan, semuanya kan sudah mendapat ruangan. Mulai dari dua juru bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng dan Dino Patty Djalal sampai dengan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (DPP). Jadi, tidak ada itu," tandas Rusdi.
Menurut Rusdi, kalaupun benda-benda seni itu akan dipindah,sebagian juga akan tetap dipasang di Istana Kepresidenan Jakarta. Selain itu, alasan pemindahan museum Istana Kepresiden Jakarta, juga karena Museum Istana Kepresidenan di daerah akan diberdayakan supaya masyarakat umum bisa ikut melihat dan menikmatinya. "Karena kalau pun tetap di Jakarta, museum itu tidak bisa dikunjungi publik. Jadi, supaya banyak masyarkat umum melihat dan membaca bend-benda seni tersebut, museum dipindah ke luar Jakarta. Kan, kalau di Jakarta, tidak mungkin masyarakat umum bisa melihat benda-benda seni," lanjut Rusdi.
Jadi, memang harus dipindah? (HAR) Kompas
dari situs Istana Kepresidenan:
Museum yang Berubah Jadi Kantor Presiden
Bermula dari Kantor Dewan Pertimbangan Agung (DPA), berubah jadi gedung museum, kini menjadi Kantor Presiden.
Bangunan ini relatif paling baru diantara gedung-gedung lain di kompleks Istana Kepresidenan. Kantor Presiden ini terletak diantara Istana Merdeka dan Istana Negara.
Menurut Ibu Wahyuni Saptantinah, Kabag Museum dan Sanggar Seni, adalah Ibu Tien Soeharto yang mengubah bangunan kantor DPA itu menjadi Museum Istana Presiden. Ibu Tien, kata perempuan yang akrab dipanggil Ibu Ade itu, ingin memperluas museum. Lalu dipilihlah bekas gedung kantor DPA itu. Tapi karena butuh tempat yang lebih luas, gedung itu direhabilitasi tahun 1982-1983. "Peresmiannya oleh Pak Harto, menjelang HUT Kemerdekaan RI tahun 1983 itu," kata Ibu Ade.
Bangunan baru itu kemudian diberi nama Museum Puri Bhakti Renatama dan terdiri atas dua lantai. Lantai I, diberi nama Dwi Pantara, dahulu dilengkapi 27 lemari kayu yang melambangkan jumlah provinsi di Indonesia ketika itu. Lantai atas disebut Pancabuana, untuk menyimpan cideramata pemberian negara-negara sahabat.
Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, museum Istana Presiden tersebut dirombak menjadi Kantor Presiden. Sedangkan barang-barang yang disimpan di dalam museum dipindah ke Bina Graha. Hal ini disebabkan karena Bina Graha yang semula dipakai sebagai kantor para presiden terdahulu dianggap “terlalu dekat dengan jalan raya” sehingga menimbulkan kebisingan. Dengan memindahkan Kantor Presiden ke bangunan tambahan yang terletak di pelataran dalam antara Istana Negara dan Istana Merdeka, diharapkan dapat menciptakan suasana lebih tenang dan memberikan rasa nyaman bagi presiden untuk menjalankan kegiatan sehari-hari.
Mulai akhir tahun 2001, beberapa perombakan pun segera dilakukan untuk menyesuaikan fungsi bangunan yang semula museum menjadi Kantor Presiden yang lengkap dengan berbagai macam fasilitas. Perombakan tersebut selesai pada tahun 2004.
Ibu Ade juga menjelaskan, secara fisik perombakan itu sekilas tidak mengubah bentuk bangunan. Dari luar, gedung itu masih terlihat sama seperti dahulu. Hanya saja, kini di gedung itu ditambahkan lift, lalu kaca-kaca jendela diganti menjadi kaca tebal anti peluru. Ruangan yang ada juga dibagi-bagi menurut kegunaannya, seperti ruang kerja presiden, ruang tunggu untuk para tamu, dan ruang sidang kabinet.
Kemudian ruang yang semula dipakai sebagai sanggar seni, di lantai satu, kini diubah menjadi ruang konferensi pers yang menjadi satu bagian dengan Kantor Presiden. Di ruang konferensi pers inilah para wartawan biasa meminta keterangan atau menggali berita dari para tamu yang baru saja diterima Kepala Negara.
Kantor Presiden baru tersebut resmi digunakan pada 4 Oktober 2004 atau hampir tiga tahun setelah direnovasi. Hal ini karena renovasi meliputi perombakan struktur di dalam bangunan dan penambahan fasilitas. Para staf istana sangat juga sangat berhati-hati saat memindahkan barang-barang koleksi museum ke rumah barunya, yaitu di lantai I gedung Bina Graha.
Presiden Megawati hanya sempat dua hari berkantor di Kantor Presiden yang baru itu. Setelah itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono --yang resmi dilantik sebagai Presiden ke-6 RI pada 20 Oktober 2004-- berkantor di sana. Dari Kantor Presiden inilah SBY menjalankan tugas sehari-hari, memimpin bangsa dan negara Indonesia. (mit)
Foto: Kantor Presiden, terletak di halaman dalam antara Istana Merdeka dan Istana Negara. (foto: mita/presidensby.info)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
test
0 comments:
Post a Comment