Jl. Pasar Ikan No. 1
Jakarta Utara
Tel : 021 - 669 3406
Bangunan yang didirikan tahun 1652 dan semula berfungsi sebagai gedung rempah-rempah. Berbagai perubahan yang dialami bisa dilihat pada pintu-pintu masuk, diantaranya tahun 1718, 1719 dan 1771.
Dulu, gudang ini disebut "Westzijdsch Pakhuizen" (gudang-gudang bagian barat sungai). Pada Tanggal 7 Juli 1977, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin meresmikan bangunan ini sebagai Museum Bahari.
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Disajikan pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran.
Di sisi lain ditampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan nelayan dan pelayaran (alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan aneka meriam), tehnologi pembuatan perahu tradisional serta folklor adat istiadat masyarakat nelayan nusantara.
Melengkapi penampilan kebaharian Indonesia, museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia - Amsterdam.
Pada masa pendudukan Belanda bangunan yang saat ini dipergunakan untuk museum dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, (diantaranya adalah rempah-rempah) yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa.
Bangunan yang berdiri persis disamping muara sungai Ciliwung ini terdiri dari 2 sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771), sedang yang disisi timur disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari 4 unit bangunan, dan 3 unit diantaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976 bangunan cagar budaya ini dipugar, dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari. [wikipedia]
Museum Bahari Dibuka Awal 2008
Pengelola Museum Bahari mengharapkan operasional Museum berjalan normal pada Januari 2008, pasca genangan air pasang yang merendam setinggi 30 sampai 40 centimeter pada 25 - 27 November lalu.
Kasubbag Tata Usaha Museum Bahari, Zubaidah, mengatakan masih menata ulang koleksi museum. "Kita memindahkan koleksi yang rentan terkena genangan air pasang ke lantai dua, seperti koleksi miniatur perahu," katanya.
Kunjungan perorangan ke Museum Bahari masih diterima, sedangkan kunjungan berombongan ditolak dahulu sampai penataan selesai dilakukan.
Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC.
Selain itu, disajikan pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran, serta ditampilkan pula koleksi biota laut, data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan nelayan dan pelayaran (alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan aneka meriam), teknologi pembuatan perahu tradisional serta folklor adat istiadat masyarakat nelayan nusantara.
(dari AntaraNews 26 Desember 2007)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
test
2 comments:
sepertinya perlu dilestarikan tuh..he..
saya juga suka membahas kekayaan budaya dan pemikiran orang-orang Indonesia
http://kreatif09.blogspot.com
Museum Bahari merupakan salah satu cagar budaya yang dimiliki kota Jakarta yang sangat patut sekali utk dilestarikan. Jadi, mari kita jaga bersama, jgn maunya mikirin duit ajaa..
Post a Comment