Infrastruktur revitalisasi

Pengembangan Rumah Susun Sewa di Kawasan Kota Tua
RB Taufik Ismail

Sudah beberapa kali gubernur DKI Jakarta mencanangkan program revitalisasi kota tua Jakarta, namun berbagai macam masalah dan prioritas kerja mengalahkan program tersebut. Diluncurkannya kembali usaha-usaha untuk menghidupkan kota tua tersebut di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, harapan masyarakat adalah bahwa semua itu jangan lagi hanya menjadi janji belaka.

Salah satu aspek penting yang harus diperbaiki di kawasan kota tua Jakarta adalah infrastruktur, karena revitalisasi membutuhkan infrastruktur yang baik, tertata rapi dan dapat diandalkan (reliable).

Salah satu faktor yang mendukung revitalisasi sebuah kota tua adalah adanya penduduk yang bermukim dan beraktivitas di daerah tersebut. Maka salah satu cara agar revitalisasi di kota tua Jakarta dapat berhasil adalah menambah penduduk, terutama penduduk yang masih bekerja di lokasi tersebut.
Tetapi untuk di kawasan kota tua Jakarta, penduduk kelas menengah dan menengah-bawah akan lebih tepat untuk diakomodasi di daerah tersebut. Karena keterbatasan yang ada, hunian jenis rumah susun (rusun) sangat cocok untuk diterapkan di kawasan kota tua Jakarta.

Rusun pun ada dua jenis, yaitu rusun jual dan rusun sewa. Mengingat target pasar yang paling mungkin untuk rusun di kawasan kota tua Jakarta adalah kelas menengah-bawah, maka rusun yang layak dibangun adalah rusun sederhana dengan sistem sewa atau disebut juga rusunawa.

Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah lahan yang sangat terbatas. Akan tetapi, apabila seluruh stakeholder berpikir lebih kreatif, rusunawa di kota tua Jakarta tentu dapat terwujud. Beberapa lahan seperti di Jalan Teh, Jalan Kunir dan sekitarnya saat ini berupa bangunan gudang tempoe doeloe dan kebanyakan tidak terpakai.

Lokasi tersebut tentunya dapat diperbaiki dan kemudian dapat dibangun rusunawa di atasnya. Sepengetahuan penulis, selain dimiliki pribadi dan perusahaan swasta, ada juga lahan yang masih dimiliki negara, misalnya oleh BUMN seperti PT PPA.

Sekarang tinggal kemauan politik dari pemerintah seperti dari pemerintah daerah setempat maupun kementerian BUMN untuk menggunakan rusunawa sebagai salah satu kendaraan untuk menghasilkan uang dan juga sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.

Lahan yang ada tidak dijual, tetapi dikembangkan menjadi rusunawa dan dikelola oleh badan yang profesional. Setelah 15 tahun atau 20 tahun, rusunawa tersebut dapat dikembalikan kepada pemilik lahan tersebut.

Masyarakat perkotaan yang berpenghasilan rendah atau dengan penghasilan sekitar kurang dari Rp 1,5 juta per bulan berjumlah sekitar 70 persen dari populasi. Apabila diasumsikan bahwa kebutuhan tempat tinggal mengambil sekitar 30 persen dari pendapatan bulanan mereka, maka maksimal Rp 450.000 per bulan bisa dipakai untuk membayar sewa rusun, tagihan air bersih, dan listrik.

Masalah seperti ini tidak bisa dijawab dengan rumah sederhana sehat (RSS) yang terletak sekitar satu sampai dua jam perjalanan dengan kendaraan umum dari tempat kerja.
Rusunawa yang dikelola dengan profesional dan tegas akan mampu menjawab kebutuhan akan hunian layak huni bagi masyarakat kelas menengah-bawah dan juga meningkatkan ritme kehidupan di kawasan kota tua Jakarta.
Pagi dan malam dapat dipastikan akan ada aktivitas yang lebih tinggi daripada saat ini. Pada pagi hari, penghuni rusunawa dengan berbagai profesinya akan berangkat kerja dengan energi dan ongkos yang tidak besar karena saat ini sudah ada bus transjakarta yang berhenti di depan stasiun Beos. Sementara moda yang lain, dari ojek sepeda hingga bus kota, juga sudah siap untuk membawa mereka ke tujuan masing-masing.
Pada malam hari pun juga sama dan ini akan menjadikan kawasan tersebut lebih hidup (vibrant) karena sebelum pulang ke rusun, penghuni bisa mencari makan malam di luar atau melakukan kegiatan lainnya. Hal ini tentunya akan meningkatkan aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.
Pada akhirnya nanti kawasan ini akan menjadi menarik investor lainnya yang hendak masuk di kawasan kota tua Jakarta dan membuat kawasan tersebut menjadi tempat yang nyaman dikunjungi dan dihuni.

RB Taufik Ismail
Bachelor of Business-Property, University of South Australia

dari KOMPAS

0 comments:

test