“Kucing Garong” Kalahkan Festival Kota Toea
~ Norman Meoko ~
Adams, turis Belanda, sesekali memainkan kamera digitalnya. Dia agaknya terpancing mengabadikan tarian Barong Bali yang melintas di samping Jalan Pintu Besar Utara, Kota, Jakarta Barat di lingkungan Taman Fatahillah. Tak cuma Adams yang sibuk memotret, teman wanitanya Anne juga ikut mengabadikan atraksi Kuda Lumping serta sejumlah sepeda ontel dan Ondel-Ondel yang berpawai.
Panas terik, Minggu (26/8) siang itu, tidak membuat Adams dan Anne berhenti sedikit pun untuk mengabadikan berbagai atraksi budaya yang digelar Suku Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Wilayah Jakarta Barat yang hari itu tengah menggelar Festival Kota Toea 2007 di Taman Fatahillah, serta di sepanjang Jalan Pintu Besar Utara, Kota, Jakarta Barat.
“We amazed by the show,” komentar Adams yang siang ini hanya mengenakan celana pendek serta ransel. Teman wanita Adams, Anne juga mengiyakan hal itu. Keduanya mengaku tidak sengaja datang ke kawasan Kota Toea di Taman Fatahillah dan ternyata Minggu siang itu melihat Festival Kota Toea yang diwarnai pawai budaya dan beragam hiburan lainnya.
Sayangnya, perhatian dua turis asal Negeri Kincir Angin itu lenyap karena tiba-tiba pengunjung di Taman Fatahillah yang sebagai kawasannya sedang direnovasi itu dikagetkan dengan alunan lagu dangdut “Kuncing Garong”. Lagu itu dilantunkan seorang penyanyi dangdut dengan pakaian hot ditambah goyangan erotis siang bolong di panggung tempat Festival Kota Toea 2007 dibuka resmi oleh Sekretaris Wilayah Kodya Jakarta Barat, Chaeruddin, yang disaksikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta, Aurora Tambunan.
Berbeda dengan penyelanggaraan Festival Kota Toea yang digelar tahun-tahun sebelumnya –terakhir pada 24 Juni 2007 lalu, penyelenggaraan kali ini tidak semeriah yang diharapkan. Stan yang nimbrung pun jauh lebih sedikit ketimbang pada 24 Juni 2007 lalu itu.
Pengelola Gedung Museum Bank Mandiri juga tidak ikut serta pada festival kali ini. Yang menguat malah hiburan musik seperti dangdut.
“Kesan mengajak pengunjung untuk melihat perjalanan sejarah Kota Jakarta malah hilang. Yang ada malah dangdutan itu. Terik-terik begini malah dangdutan,” tutur Sammy, seorang pengunjung.
Padahal, katanya dia mengajak beberapa teman kantornya untuk datang ke Festival Kota Toea 2007 ini untuk melihat sisa perjalanan sejarah kota Jakarta.
“Yang saya tahu Pemda Jakarta tengah mencanangkan program revitalisasi Kota Toea, eh, yang muncul malah dangdutan kaya begini. Kesan saya, upaya mengajak warga agar lebih apresiatif dengan keberadaan Kota Toea ini malah tidak ada sama sekali,” tambahnya lagi.
Dalam Festival Kota Toea 2007 ini memang tampil pawai budaya, di antaranya penampilan marching band dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (dulu bernama Akadami Ilmi Pelayaran), Barong Bali, Reog Ponorogo, Kuda Lumping, Sisingaan, termasuk pula sepeda ontel, Ondel-Ondel, Tanjidor dan delman hias.
Mereka menggelar pawai dari Jalan Pintu Besar Utara, Kota, Jakarta Barat menyelusuri sudut-sudut Kota Toea dan kembali ke Jalan Pintu Besar Utara. Banyak pengunjung yang berdiri di sepanjang jalan menyaksikan atraksi dalam pawai itu.
Menanggapi dominan hiburan ketimbang upaya meningkatkan apresiasi warga terhadap program Revitalisasi Kota Toea, Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta, Aurora Tambunan yang dicegat SH hanya mengatakan, penyelenggaraan yang dilakukan Suku Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Wilayah Jakarta Barat ini memang dipadukan dengan hiburan musik dan dangdut karena terkait peringatan HUT ke-62 RI.
Pejabat yang akrab disapa Lola ini tetap berkeyakinan melalui festival yang berakhir Minggu sore itu apresiasi warga akan warisan peninggalan sejarah kian meningkat dan merasa terpanggil turut serta melestarikan bangunan-bangunan cagar budaya yang masih tersisa di kawasan Kota Toea ini [Sinar Harapan]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
test
0 comments:
Post a Comment